Total Pageviews

Sunday, April 3, 2011

Mahasiswa IAIN Antasari Pro Kontra



Terkait Wacana Perubahan Status Perguruan Tinggi

BANJARMASIN- Rencana perubahan IAIN Antasari menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) ditanggapi oleh beberapa mahasiswa. Beberapa menganggap perubahan tersebut hanya akan menambah biaya kuliah mereka dan menjadikan perguruan tinggi ini menjadi kehilangan nilai-nilai Islam di kampus.
“Saya terus terang saja tidak setuju kalau IAIN Antasari dijadikan UIN. Dengan format institut seperti sekarang saja biayanya juga lumayan, apalagi kalau jadi universitas. Kalau bisa sih tetap jadi institut saja,” ujar Saini dari Fakultas Tarbiyah kepada Radar Banjarmasin, kemarin (2/4).
Saini yang sedang duduk di semester delapan ini mengaku khawatir kalau-kalau dengan menjadi universitas, ke Islaman di kampus akan semakin berkurang. Karena kalau menjadi universitas, maka secara otomatis siapapun boleh mendaftar, walaupun tidak berjilbab sekalipun.
“Saya khawatir nantinya kampus kami yang sudah Islami ini malah jadi berkurang nilai keislamannya. Kalau sekarang mahasiswi wajib berjilbab, maka dengan menjadi UIN, ada kemungkinan mahasiswi malah banyak yang tidak menutup auratnya dengan berjilbab,” katanya.
Wacana IAIN Antasari menjadi UIN memang sudah digaungkan. Hal ini ditengarai bisa membuat IAIN Antasari bisa menjadi lebih berkembang.
Lain hal dengan Saini, Sofyan dari sebagai mantan ketua BEM Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari mengatakan bahwa ia setuju saja jika IAIN Antasari menjadi UIN. Pasalnya ia melihat dengan menjadi universitas, IAIN Antasari bisa lebih berkembang. Selain itu bukan hanya bisa berkembang, pembangunan dari segi fisikpun bisa semakin pesat.
“Kalau saya sih setuju saja kalau IAIN menjadi UIN. Dengan begitu bisa berkembang dan lebih maju,” katanya.
Namun ia memberikan catatan bahwa nantinya kalau IAIN menjadi UIN, maka jangan sampai kehilangan identitas ke Islamannya. Ia mewanti-wanti kalau sampai benar nantinya IAIN menjadi UIN maka harus ditegaskan bahwa mahasiswinya harus tetap menggunakan jilbab.
“Namun tetap saja ada catatannya. Jangan sampai nantinya IAIN setelah menjadi UIN malah kehilangan identitasnya. Jadi harus ditegaskan lagi kalau mahasiswinya harus menggunakan jilbab dan kalau bisa potensi keislaman yang sudah ada jangan sampai malah luntur,” ujarnya.
Sofyan sangat mengharapkan agar nantinya para petinggi kampusnya bisa mendengarkan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa hal tersebut adalah suara-suara yang sering ia dengar dari mayoritas mahasiswa IAIN Antasari.
“Saya harap suara kami ini bisa didengar. Suara ini adalah suara dari kawan-kawan mahasiswa IAIN Antasari yang sering kami dengar. Intinya silahkan saja jadi UIN asalkan nilai-nilai keislaman ini tidak luntur. Kalau hal ini nantinya diabaikan, biar nanti berhadapan dengan para mahasiswa,” pungkasnya. (mr-116)

No comments:

Post a Comment