Total Pageviews

Monday, May 9, 2011

Adaro Tunggak Bayar Pajak ke Dispenda




Dari data yang dilaporkan dispenda tahun 2010, ternyata PT Adaro baru membayar pajak untuk alat beratnya sebanyak 804 unit yang dimilikinya, seharusnya perusahaan tambang tersebut sudah membayarkan ke semua unit alat beratnya, hal ini diungkapkan oleh ketua Komisi II DPRD Kalsel, Muh Ihsanudin kemarin (8/5). Namun pihak Adaro mengatakan bahwa mereka tak mempunyai alat berat, sehingga pernyataan tersebut membingungkan.
“Saya mendapat data dari Dispenda Kalsel kalau PT Adaro masih menunggak pajak untuk alat berat yang mereka miliki,” ujarnya kepada Radar Banjrmasin.
Menurut Ihsanudin, data yang diperolahnya melalui dispenda, jumlah alat berat PT Adaro seharusnya 1139 unit. Namun sampai saat ini PT. Adaro masih menunggak untuk pembayaran pajak alat berat. “Seharusnya tidak begitu, yang namanya kewajiban membayar pajak harus dilaksanakan, pendapatan Adaro saya yakin sangat cukup untuk membayar tunggakan tersebut,” tegasnya.
Ihsanuddin juga menambahkan, menurut hitungan Dinas pendapatan daerah Kalsel, pendapatan pajak alat berat yang seharusnya diterima adalah sebesar 34,6 milyar dari perusahaan tambang PT. Adaro, pada kenyataannya dispenda selama ini baru menerima 22 milyar rupiah pada tahun 2010. “Ya itulah kenyataannya, saya mendesak agar Adaro bisa segera menuntaskan masalah ini,” katanya.
Ironisnya ujar Ihsanudin, dari laporan dispenda tahun 2010, penerimaan pajak dari alat berat perusahaan tambang seluruhnya hanya sebesar 23 milyar, dan 22 milyarnya dari PT Adaro, sehingga apabila dicermati masih banyak perusahaan tambang yang tidak membayarkan pajak alat berat yang dimilkinya. “Yang juga sangat memprihtinkan, ternyata banyak lagi perusahaan batubara yang tak membayar pajak alat beratnya. Ini jelas merugikan, padahal alam sudah dikeruk sedemikian luas,” imbuhnya.
Dijelaskan Ihsanudin, selain penerimaaan pajak alat berat sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, ada beberapa opsi yang harus selalu diperjuangkan,yaitu Peningkatan prosentase besaran Royalti dan Golden share saham perusahaan pertambangan ke pemda.
Karena menurut Ihsanudin, kedua hal tersebut bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, perlu keberanian dan upaya yang keras, karena dengan adanya peningkatan royalty dan share saham kepada pemerintah daerah, maka pendapatanpun dapat ditingkatkan. “Tentunya ide ini harus menjadi kajian mendalam,”tandasnya.
Menurut Ihsanudin, pendapatan daerah dari pajak maupun royalti batubara selama ini masih sangat sedikit dibandingkan kekayaan yang dikeruk oleh perusahaan tambang yang ada di banua ini. “Kita prihatin melihat pendapatan daerah dari batubara ini masih sangat sedikit, apa artinya jadi salah satu daerah penghasil batubara terbesar,” pungkasnya.
Namun Ismail sebagai Humas PT Adaro menolak tudingan yang diberikan oleh Ihsanudin. Menurutnya PT. Adaro selama ini tidak mempunyai alat berat dikarenakan PT Adaro menggunakan pihak ketiga dalam penggarapan tambang yang menggunakan alat berat. “Saya kira hal itu tidak benar, kamilah yang pertama membayar pajak. Lagipula kami tidak mempunyai alat berat. Selama ini kami menggunakan pihak ketiga dalam menggunakan alat berat. Jadi agak aneh juga,” ujarnya.
Saya kira pihak dispenda perlu mencek ulang, yang mana yang kami tunggak. Selama ini kami selalu membayar pajak, bahkan yang pertama,” tandasnya. (mr-116)

Monday, May 2, 2011

Aksi Gila Mapala Kompas Borneo Unlam, Turuni Puncak Gedung Hotel



Peringati Hari Bumi dan Kartini

BANJARMASIN- Para pengguna jalan di Banjarmasin kemarin dihebohkan dengan “aksi gila” empat perempuan pemberani yang turun dari puncak hotel Arum untuk membentangkan banner berukuran 10x3 meter bertuliskan “cintailah bumi” kemarin siang (1/5). Aksi ini dilakukan oleh Mahasiswa Pencinta Alam (mapala) Kompas Borneo Unlam sebagai wujud konkrit untuk memperingati hari bumi.

Sekitar pukul 12 siang, dibawah terik matahari, empat orang mahasiswi ini mulai bersiap dari puncak atas gedung hotel. Walaupun ketinggian hotel hampir mencapai lebih dari lima lantai, mereka nampak tenang menuruni gedung dengan pengamanan seadanya, hanya menggunakan helm dan tali pengaman. Ke empat perempuan pemberani ini adalah Jamilah, Tutut, Hana dan Iveh. Mereka semua adalah mahasiswi angkatan 2010 dari Unlam.

Sebelumnya mereka melakukan aksi bersepeda masal sambil berorasi dan membagikan stiker kepada pengguna jalan. Mereka menyerukan kepada warga Banjarmasin agar menjaga lingkungan dan tidak mencemarinya. Ketua Mapala Kompas Borneo Unlam Anhariansyah mengatakan bahwa aksi mereka ini adalah yang pertama kali dilakukan oleh perempuan. Selain untuk memperingati hari bumi, ia juga ingin memperingati hari Kartini dengan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk melakukan aksi yang boleh dibilang ekstrim ini.

“Aksi seperti ini adalah yang pertama dilakukan oleh perempuan. Hal ini selain untuk memperingati hari bumi juga sekaligus memperingati hari kartini,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin. Walaupun hari bumi dan hari Kartini sudah lewat, namun menurut Anhariansyah, mereka ingin menyampaikan bahwa mencintai bumi dan menghormati kaum perempuan bukan hanya pada hari bumi maupun hari Kartini. Akan tetapi harus setiap saat. “Masa menjaga lingkungan hanya pada hari bumi, atau menghormati Kartini pada saat hari Kartini saja. Nah inilah yang ingin sampaikan kepada masyarakat bahwa menjaga lingkungan itu harus setiap hari,” imbuhnya.

Diceritakan Anhariansyah bahwa persiapan untuk melatih mental dan kesiapan empat perempuan yang melakukan aksi tersebut memang tak sembarangan. Mereka harus latihan setiap hari dan tak jarang melakukan latihan di atas jembatan Barito. “Tak sembarang juga, kami perlu latihan setiap hari. Pada awalnya memang ada rasa ketakutan juga dari mereka, masalahnya mereka semua kan perempuan. Akan tetapi setelah terbiasa pada saat latihan, mereka enjoy saja,” tuturnya.

“Ya kita bersyukur aksi ini bisa berjalan lancar dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Semoga saja kami bisa membuka mata masyarakat bahwa menjaga lingkungan itu sangat penting,” tandasnya. Sementara itu Ipeh, salah satu dari empat perempuan pemberani itu menceritakan bahwa dirinya senang bisa berhasil, menurutnya itu adalah pengalaman yang tak akan terlupakan. “Alhamdulillah lancar, kami senang bisa melakukan aksi ini dengan sukses. Sempat agak gugup juga saat dipuncak, namun ya syukurlah bisa lancar-lancar saja,” ujarnya dengan senyum yang lebar. (mr-116)