Total Pageviews

Monday, October 24, 2011

Oleh : Syam Indra Pratama

Cerpen : FOTO Entah mulai sejak kapan aku mulai kencanduan untuk mengetik apa saja di notebook ku yang mungil ini. Barangkali karena kecepatan mengetikku yang sudah jauh lebih cepat dari yang dulu, sebelum aku menggilai menulis dan membuat tulisan. Walaupun mengetiknya masih mengandalkan sebelas jari alias dua jari telunjuk tangan kanan dan kiri. Namun sore ini aku sangat heran, kenapa jari ini rasanya sangat kaku, hampir-hampir tak sampai satu paragraf pun yang aku ketikkan di notebook ku ini. Padahal aku sudah memilih duduk di siring laut, di depan kantor DPRD Kotabaru.
Jauh-jauh aku ke sini, 12 jam naik bus dari Banjarmasin, sampai pantat panas dan bau badan seperti ikan asin, bahkan menyeberang laut menggunakan kapal feri. Hanya untuk merasakan nikmatnya mengetik di notebook sambil duduk di pinggir siring, melihat kapal dan menyapa angin segar yang dikirim dari laut. Ah, aku langsung saja ke inti permasalahannya. Bukan apa-apa, aku risih betul dengan orang-orang yang dari tadi mondar-mandir berfoto-foto ria di belakangku. Sebenarnya posisi ku ini sudah cukup bagus menghadap ke laut. Hanya saja suara mereka itu membuat konsentrasi ku pecah, sedangkan untuk mengalah pindah duduk, aku tak mau. Bagiku, merekalah yang harus menjauh. “Oke, satu . . . . dua. . . .ti ti ti gaaa…,” kata salah seorang dari mereka yang dari tadi sibuk foto-foto. Aku tak tahu mereka itu datangnya dari mana. Apakah mereka datang dari pelosok Kalsel yang tak pernah sama sekali ke Kotabaru atau apalah, aku tak mau tahu, yang jelas mereka sudah menggangu sekali. Satu menit, dua menit, sampai hampir tiga puluh menit ku dengarkan, mereka masih saja berfoto-foto. Aku sangat gengsi melihat ke belakang, karena fokusku dari awal kan memang untuk menulis. Bukan untuk memperhatikan mereka yang agaknya termasuk golongan “gila” foto-foto itu. Tapi aku rasa ini sudah sangat keterlaluan, masa untuk sekadar foto-foto saja sampai selama itu. Ya ampun. Kacau, kacau, kacauuuu. Aku jadi tidak bisa mengetik satu paragraf pun. Aku putuskan untuk melihat siapa mereka itu sebenarnya. Tapi aku masih gengsi. Aku tahan-tahan saja dulu, sambil menunggu-nunggu barangkali jari-jariku ini sudah siap mengetik kembali. Kembali ku tunggu satu menit, dua menit, hingga lima belas menit. “Senyum ya, satu…. Duaa.. tiiiigaaaa,” kata salah seorang dari mereka lagi. Urrggghhhhhh habis sudah kesabaranku. Tak bisa terbendung lagi. Aku langsung berdiri dan berbalik. **** “woi-woi bangun mas, ngigau ya. Ini kita baru sampai di dermaga, mau menyeberang ke Kotabaru. Kok masnya teriak-teriak sendiri,” ujar sopir bus di sebelahku. Walah-walah, ternyata aku masih belum sampai ke Kotabaru, eh malah mimpi, soalnya ketiduran di bus. Sopir bus itu nampaknya jengkel, karena tiba-tiba saja aku mengumpatnya sambil tidur. Mudahan saja, tak ada orang-orang seperti dalam mimpi itu saat aku sampai di Kotabaru. ***

No comments:

Post a Comment