Total Pageviews

Tuesday, March 29, 2011

Membaca Sejarah sang Ideolog Majapahit


Sebuah usaha mengungkap makna)
Oleh : Syam Indra Pratama*

Kita bisa membaca sejarah masa lalu dengan melihat bukti-bukti sejarah yang sudah ada. Kita bisa mengatakan bahwa kerajaan Kutai ada, karena ada bukti prasasti yang menyertainya. Kita bisa mengatakan bahwa Majapahit ada karena Borobudur berdiri tegak dengan arsitektur mengagumkan pada masanya. Begitu juga ketika kita membaca sejarah, bahwa ternyata Indonesia sejak dahulu sudah mempunyai tradisi berpikir. Salah satunya Gadjah mada yang mempunyai konsep Nusantara dan sumpah Palapanya. Kalau kita coba membayangkan bagaimana Gadjah Mada merealisasikan konsepnya, maka rasanya bisa dikatakan ia sebagai idiolog pada saat itu. Idenya tentang Nusantara bukan hal yang mudah dan juga sesuatu pemikiran yang jauh dari masanya saat itu. Konsep Nusantara di bawah naungan Majapahit pada saat itu adalah sebuah konsep ekspansi, invansi, dan penaklukan yang butuh pemikiran yang tidak sembarangan.
Sebelum kita masuk dalam pembahasan mengenai bagaimana relevansi ideology sekelas gadjah mada dengan ideology yang ada pada Indonesia sekarang ini, ada baiknya kita ulas sedikit sejarah sang Patih yang saya ambil dari wikipedia ini :

Gajah Mada (wafat k. 1364) adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit.. Menurut berbagai sumber mitologi, kitab, dan prasasti dari zaman Jawa Kuno, ia memulai karirnya tahun 1313, dan semakin menanjak setelah peristiwa pemberontakan Ra Kuti pada masa pemerintahan Sri Jayanagara, yang mengangkatnya sebagai Patih. Ia menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada masa Ratu Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi (Perdana Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.
Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa, yang tercatat di dalam Pararaton. Ia menyatakan tidak akan memakan palapa sebelum berhasil menyatukan Nusantara. Meskipun ia adalah salah satu tokoh sentral saat itu, sangat sedikit catatan-catatan sejarah yang ditemukan mengenai dirinya. Wajah sesungguhnya dari tokoh Gajah Mada, saat ini masih kontroversial. Pada masa sekarang, Indonesia telah menetapkan Gajah Mada sebagai salah satu Pahlawan Nasional dan merupakan simbol nasionalisme dan persatuan Nusantara
Tidak ada informasi dalam sumber sejarah yang tersedia saat pada awal kehidupannya, kecuali bahwa ia dilahirkan sebagai seorang biasa yang naik dalam awal karirnya menjadi Begelen atau setingkat kepala pasukan Bhayangkara pada Raja Jayanagara (1309-1328) terdapat sumber yang mengatakan bahwa Gajah Mada bernama lahir Mada sedangkan nama Gajah Mada kemungkinan merupakan nama sejak menjabat sebagai patih.
Dalam pupuh Désawarnana atau Nāgarakṛtāgama karya Prapanca yang ditemukan saat penyerangan Istana Tjakranagara di Pulau Lombok pada tahun 1894 terdapat informasi bahwa Gajah Mada merupakan patih dari Kerajaan Daha dan kemudian menjadi patih dari Kerajaan Daha dan Kerajaan Janggala yang membuatnya kemudian masuk kedalam strata sosial elitis pada saat itu dan Gajah Mada digambarkan pula sebagai "seorang yang mengesankan, berbicara dengan tajam atau tegas, jujur dan tulus ikhlas serta berpikiran sehat".
Menurut Pararaton, Gajah Mada sebagai komandan pasukan khusus Bhayangkara berhasil memadamkan Pemberontakan Ra Kuti, dan menyelamatkan Prabu Jayanagara (1309-1328) putra Raden Wijaya dari Dara Petak. Selanjutnya di tahun 1319 ia diangkat sebagai Patih Kahuripan, dan dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih Kediri.
Pada tahun 1329, Patih Majapahit yakni Aryo Tadah (Mpu Krewes) ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Dan menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai penggantinya. Patih Gajah Mada sendiri tak langsung menyetujui, tetapi ia ingin membuat jasa dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang saat itu sedang memberontak terhadap Majapahit. Keta dan Sadeng pun akhirnya dapat ditaklukan. Akhirnya, pada tahun 1334, Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih secara resmi oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi (1328-1351) yang waktu itu telah memerintah Majapahit setelah terbunuhnya Jayanagara.

Ketika pengangkatannya sebagai patih Amangkubhumi pada tahun 1258 Saka (1336 M) Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang berisi bahwa ia akan menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawi) bila telah berhasil menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton dalam teks Jawa Pertengahan yang berbunyi sebagai berikut “Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa”
bila dialih bahasakan mempunyai arti : “Beliau, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa, Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”
Walaupun ada sejumlah pendapat yang meragukan sumpahnya, Gajah Mada memang hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Dimulai dengan penaklukan ke daerah Swarnnabhumi (Sumatera) tahun 1339, pulau Bintan, Tumasik (sekarang Singapura), Semenanjung Malaya, kemudian pada tahun 1343 bersama dengan Arya Damar menaklukan Bedahulu (di Bali) dan kemudian penaklukan Lombok, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga (Tanjunglingga), Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kendawangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Sulu, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.
Pada zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yang menggantikan Tribhuwanatunggadewi, Gajah Mada terus melakukan penaklukan ke wilayah timur seperti Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwu, Makassar, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo.

Terdapat dua wilayah di Pulau Jawa yang seharusnya terbebas dari invasi Majapahit yakni Pulau Madura dan Kerajaan Sunda karena kedua wilayah ini mempunyai keterkaitan erat dengan Narrya Sanggramawijaya atau secara umum disebut dengan Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit (Lihat: Prasasti Kudadu 1294 dan Pararaton Lempengan VIII, Lempengan X s.d. Lempengan XII dan Invasi Yuan-Mongol ke Jawa pada tahun 1293) sebagaimana diriwayatkan pula dalam Kidung Panji Wijayakrama.

Dalam Kidung Sunda[18] diceritakan bahwa Perang Bubat (1357) bermula saat Prabu Hayam Wuruk mulai melakukan langkah-langkah diplomasi dengan hendak menikahi Dyah Pitaloka putri Sunda sebagai permaisuri. Lamaran Prabu Hayam Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan agung itu. Gajah Mada yang menginginkan Sunda takluk, memaksa menginginkan Dyah Pitaloka sebagai persembahan pengakuan kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda mengenai hal ini, terjadilah pertempuran tidak seimbang antara pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang saat itu menjadi tempat penginapan rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayahanda dan seluruh rombongannya gugur dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu langkah-langkah diplomasi Hayam Wuruk gagal dan Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya karena dipandang lebih menginginkan pencapaiannya dengan jalan melakukan invasi militer padahal hal ini tidak boleh dilakukan.
Dalam Nagarakretagama diceritakan hal yang sedikit berbeda. Dikatakan bahwa Hayam Wuruk sangat menghargai Gajah Mada sebagai Mahamantri Agung yang wira, bijaksana, serta setia berbakti kepada negara. Sang raja menganugerahkan dukuh "Madakaripura" yang berpemandangan indah di Tongas, Probolinggo, kepada Gajah Mada. Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa pada 1359, Gajah Mada diangkat kembali sebagai patih; hanya saja ia memerintah dari Madakaripura.

Sebagai salah seorang tokoh utama Majapahit, nama Gajah Mada sangat terkenal di masyarakat Indonesia pada umumnya. Pada masa awal kemerdekaan, para pemimpin antara lain Sukarno sering menyebut sumpah Gajah Mada sebagai inspirasi dan "bukti" bahwa bangsa ini dapat bersatu, meskipun meliputi wilayah yang luas dan budaya yang berbeda-beda. Dengan demikian, Gajah Mada adalah inspirasi bagi revolusi nasional Indonesia untuk usaha kemerdekaannya dari kolonialisme Belanda.
Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta adalah universitas negeri yang dinamakan menurut namanya. Satelit telekomunikasi Indonesia yang pertama dinamakan Satelit Palapa, yang menonjolkan perannya sebagai pemersatu telekomunikasi rakyat Indonesia. Banyak kota di Indonesia memiliki jalan yang bernama Gajah Mada, namun menarik diperhatikan bahwa tidak demikian halnya dengan kota-kota di Jawa Barat.

MENGAMBIL MAKNA
Inilah yang akan kita bahas di sini. Sebagai seseorang yang dilahirkan di masa kerajaan Majapahit, gadjah Mada mempunyai sebuah pemikiran yang visioner. Mempunyai karakter yang kuat, dan mempunyai keinginan yang kuat sebagai perekat. Inilah yang nampaknya membuat Gadjah Mada dengan konsepnya, berhasil menaklukkan beberapa kerajaan lain. Hingga bersatu di bawah Nusantara.

Berbeda dengan Indonesia saat ini. Kita belum mempunyai seorang pemikir yang mempunyai karakter yang kuat. Indonesia sebagai Negara yang multikuturalisme memerlukan pemimpin yang mampu berperan sebagai perekat. Kalau Gadjah mada dengan armada perangnya saja berhasil menyatukan Nusantara, lalu bagaimanakah dengan kita?
Kita mesti belajar pada sejarah masa lalu. Di mana Indonesia berjaya sebagai sebuah bangsa yang besar. Mungkin sekarang kita sudah berada pada zaman di mana keadaan semakin cepat berubah, aliran informasi sedemikian cepat. Namun bedanya adalah sekarang kita belum mempunyai Pemikir yang mempunyai karakter kuat, visioner, dan berjiwa perekat seperti Gadjah Mada dahulu. Siapakah selanjutnya?

*Ketua Umum KAMMI Kalsel

Monday, March 28, 2011

Banjarmasin Perlu Contoh Jakarta

BANJARMASIN- Banjarmasin sebagai salah satu kota besar di Indonesia setiap tahun memang bertambah padat. Dengan semakin padatnya bangunan dan penduduk, maka tidak bisa dipungkri kemungkinan nantinya Banjarmasin bakal kekurangan ruang terbuka hijau. Melihat kenyataan hal tersebut, ketua DPRD Kalsel Kol. Purn. Nasib Alamsyah merasa Banjarmasin perlu mencontoh Jakarta.
“Kalau kita lihat Banjarmasin memang bertambah padat dari tahun ke tahun. Tentu hal ini nantinya bisa menyebabkan Banjarmasin menjadi kota yang padat dengan bangunan dan kekurangan ruang terbuka hijau. Jadi saya rasa sejak sekarang kita juga perlu memikirkan hal itu untuk nasib anak cucu kita,” ujarnya kepada beberapa wartawan beberapa waktu yang lalu.
Ia menilai pengelolaan untuk penghijauan di Jakarta sudah lumayab bagus. Misalnya saja untuk tanah yang berukuran 100 meter, maka 70 persennya harus dijadikan terbuka dan ditanami tumbuhan, Sedangkan 30 persennya lagi untuk dibangun bangunan.
“Jakarta saya lihat lumayan bagus. Walaupun masih saja mendapat kritikan. Di sana kalau kita memilik tanah, maka 70 persennya harus dijadikan terbuka dan ditanami tumbuhan, sedangkan 30 persennya bari dibuat bangunan,” jelasnya. Hal ini bertujuan agar Jakarta yang sudah semakin padat itu ada tersedia ruang terbuka hijau. Kita lihat di jalan-jalan juga marak ditanam pohon-pohn untuk penghijauan,” imbuhnya.
Hal itulah yang menurut Nasib bisa ditiru oleh Banjarmasin dalam masalah penghijauan dan penyediaan ruang terbuka hijau. “Hal ini tentu bisa kita contoh, misalnya saja di Banjarmasin. Kita tentu sekarang masih melihat Banjarmasin masih memiliki daerah hijau, akan tetapi kita berpikir ke depan, agar nantinya ketika Banjarmasin semakin padat, kiat sudah bisa mengantisipasi,” katanya.
Kota Banjarmasin sebagai ikon Kalsel memang sedang mengalamai pertumbuhan pembangunan yang cukup pesat. Bangunan ruko hampir bisa kita lihat di sepanjang jalan dan bahkan daerah-daerah yang sebelumnya tidak ada ruko, sekaran mulai dibangun ruko. Belum lagi banyaknya lahan terbuka yang sekarang disulap menjadi perumahan-perumahan. Hal ini jelas akan semaki bertambah seiring dengan bertambahnya waktu.
“Kita lihat saja sekarang Banjarmasin pertumubuhannya memang semakin meningkat. Oleh karena itu penyediaan ruang terbuka hijau ini memang penting. Apalagi ditengah-tengah perubahan iklim seperti sekarang ini. Ruang terbuka hijau diperlukan untuk menyerap emisi gas rumah kaca,” jelasnya.
Ia mengharapkan ke depannya Banjarmasin bisa juga meniru Jakarta dalam penghijauan. Selama ini ia melihat Banjarmasin memang akan mengarah menjadi kota metropolitan. Sehingga ia menilai perlu ada aturan yang mengatur pembangunan dan penghijuan secara berkesinambungan. (mr-116)

Kalsel Sasaran Illegal Fishing



Rawa dan Laut Rawan
BANJARMASIN-Perairan Kalimantan Selatan nampaknya menjadi sasaran empuk para pencuri ikan baik dari Kalsel sendiri maupun dari luar daerah. Berdasarkan pemetaan dari Dinas Perikanan dan Kelautan, baik di perairan umum (rawa dan sungai) maupun perairan laut, keduanya tergolong rawan illegal fishing.
Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan Kalsel Iskandar Permana kepada Radar Banjarmasin mengatakan, luasnya perairan rawa yang ada di Kalsel khususnya di daerah Banua Anam membuat kawasan perairan rawa di daerah tersebut sangat rawan pencurian ikan. “Di Kalsel perairan rawa dan perairan laut memang cukup rawan. Rawa yang cukup luas ada di Banua Anam yaitu di Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, dan Hulu Sungai Utara,” kata Iskandar saat ditemui, baru-baru tadi.
Pelaku pencurian ikan di perairan rawa Kalsel kebanyakan memang warga lokal. Namun, kebanyakan diantara mereka bukanlah warga yang tinggal diperairan tersebut. Hal inilah yang kadang memicu terjadinya perkelahian antar warga akibat merasa lahan mencari ikannya dicuri oleh orang lain. Modus pencurian ikan di kawasan Banuan Anam tergolong cukup canggih. Penemuan terbaru dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kalsel mengungkapkan bahwa pencuri melakukan penyetruman dengan menggunakan generator.
“Sekarang penyetruman ikan lebih canggih, ada yang menggunakan genset yang biasa digunakan di rumah-rumah (generator, Red) untuk menyetrum ikan. Ini sangat berbahaya, disamping membahayakan nyawa si pencuri, juga memutus siklus hidup ikan. Penyetruman seperti ini tergolong sebagai illegal fishing dan bisa ditindak secara hukum,” cetus Iskandar.
Selain perairan rawa, Kalsel juga tergolong rawan illegal fishing pada perairan laut. Perairan laut menurut Iskandar cenderung lebih rawan karena lebih luas dibandingkan perairan rawa. Panjang garis pantai Kalsel sendiri tercatat sepanjang 1.330 km. Sedangkan wilayah perairan Kalsel memancang 12 mil dari bibir pantai. “Bisa dihitung sendiri luasnya,” ucap Iskandar.
Dengan panjang pantai dari ujung barat yang masuk wilayah administratif Kabupaten Barito Kuala hingga ujung timur yang merupakan wilayah administratif Kabupaten Kotabaru yang mencapai ribuan kilometer tersebut, potensi terjadinya pencurian ikan sangat tinggi. Bahkan jika dikaji dari pelaku, banyak diantaranya yang merupakan nelayan dari luar Kalimantan Selatan atau yang disebut dengan nelayan andon. “Di Laut banyak pelakunya yang merupakan nelayan andon, mereka ada yang datang dari Pangkep (Sulawesi Selatan), Juwana (Jepara, Jawa Tengah), dan Madura (Jawa Timur)” ungkap Iskandar.
Khusus untuk wilayah perairan laut, perairan laut di Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, dan Pulau Sembilan di Kabupaten Kotabaru tergolong rawan pencurian ikan. “Kita selalu berkoordinasi dengan aparat keamanan di daerah yang dianggap rawan, baru-baru ini dari Mabes Polri menangkap nelayan pencuri ikan dar Juwana Jepara. Sekarang sedang diproses di Polda Kalsel,” pungkasnya. (tas)

Alamsyah Belum Pasti Maju

Musda Demokrat bisa diundur ke Mei

BANJARMASIN- Segala sesuatu memang bisa dengan sekejap berubah di dunia politik. Setelah tersiar kabar bahwa ketua Demokrat Kalsel Alamsyah akan maju kembali menjadi calon ketua Demokrat kalsel sebagai incumbent, datang klarifikasi dari Alamsyah sendiri tentang kabar yang mengatakan bahwa dirinya sudah pasti maju dalam bursa calon ketua Demokrat Kalsel.

“Saya belum pasti maju menjadi calon ketua Demokrat Kalsel. Kalau ada yang mengatakan bahwa saya pasti maju, itu kurang tepat, yang jelas sampai saat ini saya belum mengambil keputusan apakah saya akan maju atau tidak,” ujarnya Alamsyah kepada Radar Banjarmasin kemarin (27/3). Alamsyah yang merupakan wakil ketua DPRD Kotabaru ini juga mempertanyakan tentang adanya isu yang menyatakan kalau dirinya siap mundur dari jabatan di DPRD Kotabaru jika terpilih menjadi ketua Demokrat Kalsel.

“Menyatakan untuk maju saja saya belum. Kok malah ada isu seperti itu. Kalau saya resmi mencalonkan diri, baru mungkin isu tersebut tepat. Sekali lagi saya tegaskan bahwa belum pasti mencalonkan diri menjadi ketua Demokrat Kalsel,” tangkasnya. Banyak orang bilang bahwa dalam dunia politik segala sesuatu bisa berubah dalam hitungan detik. Sebelumnya memang nama Alamsyah disanding-sandingkan dengan Zairullah untuk saling bersaing. Namun dengan adanya pernyataan dari Alamsyah terkait pencalonan ketua ini setidaknya membuka titik terang kepada kita bahwa Alamsyah sendiri masih berpikir secara logis tentang pencalonan dirinya untuk kembali menjadi ketua partai sebesar Demokrat.

“Kalau memang kawan-kawan di DPC banyak yang meminta saya kembali menjadi ketua, ya saya siap saja, akan tetapi kita kan masih belum tahu, semuanya masih abu-abu,” imbuhnya. Mengenai apakah ia merasa tersaingi dan “terancam” dengan pencalonan Zairullah, ia hanya berkomentar ringan. “Untuk itu saya tidak mau banyak komen dulu, yang jelas pak Zairullah bukan pengurus. Saya juga tidak tahu nantinya seperti apa sistemnya kalau memang pak Zairullah maju menjadi calon ketua,” tandasnya.

Alamsyah juga heran kenapa sampai ada pernyataan bahwa Musda Demokrat Kalsel sudah pasti dilaksanakan di Istana Anak Yatim Milik Zairullah di Batulicin. Menurutnya penentuan tempat itu adalah hak prerogratif ketua DPD dan pengurus. Seperti yang sudah diberitakan Koran ini beberapa waktu yang lalu bahwa ketua Majelis Pertimbangan Daerah (MPD) Demokrat Kalsel H. Akhmad Bisung mengatakan bahwa DPP meminta agar musda digelar di Batulicin sekaligus untuk melihat istana anak yatim milik Zairullah Azhar.

“Memangnya Pak Bisung yang jadi ketua, kan yang menentukan apakah nantinya Musda di gelar di Batulicin atau di Banjarmasin adalah ketua DPD dan pengurus. Pak Bisung walaupun ketua MPD, beliau bukan pengurus harian,” tegasnya. Hal ini juga senada dengan yang dikatakan oleh sekretaris Demokrat Kalsel Iqbal Yudiannor beberapa waktu yang lalu yang dengan tegas menolak bahwa Musda pasti digelar di Batulicin. “Siapa bilang di Batulicin, hal itu hanya isu saja, kawan-kawan di DPC mayoritas meminta pelaksanaan Musda di Banjarmasin sebagai ibukota provinsi,” ujanya.

Alamsyah juga menambahkan bahwa pelaksanaan Musda bisa saja diundur ke Mei. Hal ini dikarenakan dekat-dekat ini DPP masih ada beberapa agenda dan bisa jadi akan menjadwal ulang Musda Demokrat Kalsel yang dikabarkan akan dilaksanakan bulan April. “Ada kemungkinan diundir ke Mei, hal ini dikarenakan DPP sendiri juga masih mempunyai agenda, sehingga mereka bisa saja menjadwal ulang Musda menjadi bulan Mei,” pungkasnya.

Safaruddin SH wakil ketua Demokrat Kalsel juga mengatakan hal yang senada. Ia juga menginginkan agar musda dilaksanakan diBanjarmasin. Ia juga belum berani memastikan kapan Musda akan digelar. “Saya juga sependapat kalau Musda dilaksanakan di Banjarmasin. Untuk kapan tanggalnya saya belum berani memastikan,”tangkasya. Mengenai adanya perpecahan di dalam tubuh internal Demokrat Kalsel dirinya tidak mau berkomentar. “Walaupun kita ada beda pendapat di partai, namun tujuan kita sama yaitu untuk membesarkan partai untuk memperjuangkan aspirasi rakyat,” pungkasnya

Sementara itu ketua DPC Demokrat HSS Husaini dengan tegas mengatakan bahwa pihaknya menginginkan Musda digelar di Banjarmasin. Pasalnya kalau diselenggarakan di Batulicin menurutnya tidak strategis. “Lebih baik di laksanakan di Banjarmasin saja, ngapain jauh-jauh ke Batulicin,” katanya. Husaini sendiri masih belum mau membongkar ke mana arah dukungan Demokrat HSS.(mr-116)

Sunday, March 27, 2011

Keluhkan Keterlambatan Penaganganan Katarak


Tujuh Kali ke DPRD Kalsel, Kecewa Tak Direspon

Sugiannor warga Keramat Banjarmasin mengaku kecewa dengan DPRD Kalsel. Kondisi matanya yang nyaris buta tak juga meluluhkan para wakil raktyat itu untuk membantunya.

SYAM INDRA PRATAMA, Banjarmasin.

Pagi itu Sugiannor (41) dengan istrinya berjalan kaki dari rumahnya di Keramat Banjarmasin menuju DPRD Kalsel untuk yang ke tujuh kalinya. Ia hanya meminta agar wakil rakyatnya di DPRD Kalsel bisa membantu memperjuangkan nasib matanya yang nyaris buta diduga karena keterlambatan penaganan katarak yang dideritanya.

Sugiannor mengeluhkan bahwa sejak matanya dioperasi pada awal Januari yang lalu, matanya tidak kunjung sembuh dan malah bertambah buruk. Ia mengatakan bahwa sebelumnya lensa matanya dicabut pada saat operasi tanpa alasan yang ia ketahui. Selain itu masa pemulihan yang harusnya hanya satu bulan, malah menjadi tiga bulan. Hingga kini ia terpaksa tidak bisa menjalani aktivitas seperti biasanya. Dulu ia adalah pedagang kecil-kecilan, setelah penglihatannya memburuk ia tidak bisa lagi berdagang mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.

“Dulu saya adalah pedagang kecil-kecilan seperti makanan ringan sambil bersepeda. Kemudian saya tidak pernah menyangka akan mengalami hal seperti ini. Saya sudah tujuh kali ke DPRD Kalsel, namun masih saja belum ada tanggapan serius. Terus terang saya kecewa,” keluhnya. Sugiannor hanya menginginkan wakil rakyatnya bisa menemaninya untuk mengahadap rumah sakit yang menangananinya. Ia merasa Rumah Sakit tersebut terlambat dalam menangani matanya yang dulu masih punya harapa untuk disembuhkan. “Saya tidak minta banyak-banyak. Saya ini orang kecil, saya bodoh dan tidak bisa apa-apa, makanya saya minta bantuan supaya saya dibantu untuk menuntut keadilan kepada rumah sakit yang menangani saya,” tuturnya.

Sebenarnya Sugiannor sudah mengirimkan surat kepada DPRD Kalsel. Namun anehnya surat tersebut menurut staf DPRD yang tidak mau disebutkan namanya hilan entah ke mana. Sugiannor juga bahkan mengalami tekanan jiwa gara-gara masih tidak bisa menerima kalau dirinya tak bisa lagi melihat secara normal. Kini tinggal seberkas cahaya saja yang dapat dilihatnya. “Saya sudah berkirim surat kepada DPRD, namun surat saya itu katanya sudah tidak tahu rimbanya lagi ada di mana,” ujarnya sedih. Istrinya Aisyah hanya bisa tertunduk lesu dengan mata yang penuh kerisauan saat menemani suaminya yang mengalami penyakit yang merenggut penglihatan. Aisyah sangat berharap agar suaminya bisa sembuh dan bisa kembali melihat dunia dan dirinya. “Saya ingin suami saya sembuh, kasian dia. Sekarang kami terpaksa ikut anak kami di Banjarmasin. Dulu kami tinggal di Desa Gudang Hirang Sungai Tabuk, namun dengan kondisi ini terpaksa kami harus ikut anak,” katanya dengan suara bergetar. Hatinya getir melihat tatapan suaminya yang lurus, kaku, dan dingin karena tak lagi bisa melihat dengan normal.

“Kami harus jalan kaki dari jalan keramat ke DPRD Kalsel, karena kami tidak mempunyai uang lagi. Beginilah kami,” katanya. Namun Sugiannor mengatakan bahwa dirinya akan tetap berusaha bagaimanapun caranya agar matanya tetap sembuh. Sebelumnya dirinya sangat terpukul saat dokter yang menanganinya dengan terang-terangan mengatakan bahwa matanya walaupun dibawa ke Singapura sekalipun tidak akan bisa sembuh. “Saya akan tetap mencoba bagaimanapun caranya agar mata saya bisa sembuh. Saya memohon kemurahan hati para wakil rakyat kami ini agar membantu saya yang orang kecil ini. Apakah para orang-orang kaya dan pejabat di sini tidak mau membantu saya, barang untuk kesembuhan saya. Atau memberikan bantuan kepada keluarga saya agar kami bisa berusaha lagi mencari nafkah,” ucapnya pilu.

Friday, March 25, 2011

Siapa Patut Gantikan Tamliha?

BANJARMASIN- Setelah tujuh hari jatah tim formatur membentuk kepengurusan PPP Kalsel, belum juga ada pengumuman resmi mengenai siapa saja nama-nama yang menjadi pengurus Kalsel, walaupun tim formatur sendiri mengakui bahwa kepengurusan sudah selesai dibentuk.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah PPP Kalsel siap tanpa adanya seorang Syaifullah Tamliha yang tak diragukan lagi kemampuan politiknya?
Banyak orang meragukan kemampuan pengganti Tamliha nantinya. Namun tidak begitu dengan Budi Suryadi yang merupakan pengamat sosial politik FISIPOL Unlam. Ia melihat sisi positif dari lengsernya Tamliha. Menurutnya walaupun Tamliha mundur, setidaknya ada regenerasi politik di PPP Kalsel.
“Banyak orang memang mempertanyakan apakah Tamliha bisa digantikan. Namun saya rasa dengan mundurnya Tamliha dari kepengurusan PPP Kalsel dan memilih fokus menjadi fungsionaris DPP PPP adalah langkah tepat,” ujarnya

kemarin (24/3). “Tamliha walaupun tidak mau bersusah payah menjadi rival Rudy pada muswil lalu, namun setidaknya ia menciptakan regenerasi politik di PPP Kalsel. Hal ini tentunya akan menyegarkan organisasi parpol dengan adanya keberlanjutan dalam pengelolaan PPP Kalsel,” jelasnya.
Budi juga memperhatikan bahwa adanya nama-nama yang diprediksi bakal menggantikan Tamliha setidaknya nanti harus bisa membuktikan bahwa dirinya memang layak menggantikan Tamliha, agar nantinya tidak dinilai tidak bisa seperti Tamliha.
Namun menurutnya Tamliha sendiri bukanlah orang yang mundur tanpa ada visi dibelakangnya. Ia menilai sosol Tamliha adalah seorang politisi dengan tipe striker. “Saya kira Tamliha bisa saja mempunyai sebuah tujuan yang lebih besar dengan mundurnya ia di pengurusan PPP Kalsel. Namun hal ini patut dicontoh, karena manajemen partai seperti ini yang menggunakan teknik silang, yaitu ketua tetap tapi sekretaris berganti,” imbuhnya.
“Apalagi posisi sekretaris yang bersifat teknis sangat memerlukan regenerasi dan orang baru untuk menangani pekerjaan-pekerjaan tersebut. Regenerasi ini menjadi positif saat orang-orang partai merasakan ada proses pergantian dalam menangani bidang teknis dan administrasi parpol,” tambahnya lagi.
Sebelumnya nama Asbullah disebut-sebut sudah terpilih menjadi sekretaris PPP Kalsel. Asbullah sendiri adalah nama yang tidak asing lagi di PPP Kalsel. Ia adalah wakil sekretaris PPP Kalsel saat Syaifullah Tamliha masih menjabat menjadi sekretaris PPP Kalsel.Walaupun kabar itu sudah sedemikian kencang mengabarkan bahwa 99 persen ia terpilih, Asbullah masih belum mau angkat bicara untuk mengatakan bahwa dirinya memang sudah terpilih.
“Bergantinya Syaifullah Tamliha memang ada positif dan negatifnya,. Namun yang jelas siapapun nanti yang menggantikannya harus bisa menata kelola lagi PPP Kalsel dengan baik. Walau bagaimanapun PPP Kalsel tetap memerlukan perbaikan lagi dalam tata kelola partai agar nantinya kepengurusan Rudy yang baru ini bisa berjalan lancar,” pungkasnya. (mr-116)