Total Pageviews

Sunday, March 27, 2011

Keluhkan Keterlambatan Penaganganan Katarak


Tujuh Kali ke DPRD Kalsel, Kecewa Tak Direspon

Sugiannor warga Keramat Banjarmasin mengaku kecewa dengan DPRD Kalsel. Kondisi matanya yang nyaris buta tak juga meluluhkan para wakil raktyat itu untuk membantunya.

SYAM INDRA PRATAMA, Banjarmasin.

Pagi itu Sugiannor (41) dengan istrinya berjalan kaki dari rumahnya di Keramat Banjarmasin menuju DPRD Kalsel untuk yang ke tujuh kalinya. Ia hanya meminta agar wakil rakyatnya di DPRD Kalsel bisa membantu memperjuangkan nasib matanya yang nyaris buta diduga karena keterlambatan penaganan katarak yang dideritanya.

Sugiannor mengeluhkan bahwa sejak matanya dioperasi pada awal Januari yang lalu, matanya tidak kunjung sembuh dan malah bertambah buruk. Ia mengatakan bahwa sebelumnya lensa matanya dicabut pada saat operasi tanpa alasan yang ia ketahui. Selain itu masa pemulihan yang harusnya hanya satu bulan, malah menjadi tiga bulan. Hingga kini ia terpaksa tidak bisa menjalani aktivitas seperti biasanya. Dulu ia adalah pedagang kecil-kecilan, setelah penglihatannya memburuk ia tidak bisa lagi berdagang mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.

“Dulu saya adalah pedagang kecil-kecilan seperti makanan ringan sambil bersepeda. Kemudian saya tidak pernah menyangka akan mengalami hal seperti ini. Saya sudah tujuh kali ke DPRD Kalsel, namun masih saja belum ada tanggapan serius. Terus terang saya kecewa,” keluhnya. Sugiannor hanya menginginkan wakil rakyatnya bisa menemaninya untuk mengahadap rumah sakit yang menangananinya. Ia merasa Rumah Sakit tersebut terlambat dalam menangani matanya yang dulu masih punya harapa untuk disembuhkan. “Saya tidak minta banyak-banyak. Saya ini orang kecil, saya bodoh dan tidak bisa apa-apa, makanya saya minta bantuan supaya saya dibantu untuk menuntut keadilan kepada rumah sakit yang menangani saya,” tuturnya.

Sebenarnya Sugiannor sudah mengirimkan surat kepada DPRD Kalsel. Namun anehnya surat tersebut menurut staf DPRD yang tidak mau disebutkan namanya hilan entah ke mana. Sugiannor juga bahkan mengalami tekanan jiwa gara-gara masih tidak bisa menerima kalau dirinya tak bisa lagi melihat secara normal. Kini tinggal seberkas cahaya saja yang dapat dilihatnya. “Saya sudah berkirim surat kepada DPRD, namun surat saya itu katanya sudah tidak tahu rimbanya lagi ada di mana,” ujarnya sedih. Istrinya Aisyah hanya bisa tertunduk lesu dengan mata yang penuh kerisauan saat menemani suaminya yang mengalami penyakit yang merenggut penglihatan. Aisyah sangat berharap agar suaminya bisa sembuh dan bisa kembali melihat dunia dan dirinya. “Saya ingin suami saya sembuh, kasian dia. Sekarang kami terpaksa ikut anak kami di Banjarmasin. Dulu kami tinggal di Desa Gudang Hirang Sungai Tabuk, namun dengan kondisi ini terpaksa kami harus ikut anak,” katanya dengan suara bergetar. Hatinya getir melihat tatapan suaminya yang lurus, kaku, dan dingin karena tak lagi bisa melihat dengan normal.

“Kami harus jalan kaki dari jalan keramat ke DPRD Kalsel, karena kami tidak mempunyai uang lagi. Beginilah kami,” katanya. Namun Sugiannor mengatakan bahwa dirinya akan tetap berusaha bagaimanapun caranya agar matanya tetap sembuh. Sebelumnya dirinya sangat terpukul saat dokter yang menanganinya dengan terang-terangan mengatakan bahwa matanya walaupun dibawa ke Singapura sekalipun tidak akan bisa sembuh. “Saya akan tetap mencoba bagaimanapun caranya agar mata saya bisa sembuh. Saya memohon kemurahan hati para wakil rakyat kami ini agar membantu saya yang orang kecil ini. Apakah para orang-orang kaya dan pejabat di sini tidak mau membantu saya, barang untuk kesembuhan saya. Atau memberikan bantuan kepada keluarga saya agar kami bisa berusaha lagi mencari nafkah,” ucapnya pilu.

No comments:

Post a Comment