Total Pageviews

Sunday, April 3, 2011

Carikan Nelayan Usaha Alternatif



Tak Hanya Bisa Mencari Ikan

Cuaca buruk dan tidak menentu yang sering terjadi di Kalsel berdampak pada nasib para nelayan di sepanjang pesisir Kalsel. Tahun ini gelombang besar berlangsung lebih lama, sehingga musim libur nelayan juga lebih panjang. Hal ini jelas mengurangi pendapatan mereka.

SYAM INDRA PRATAMA, Banjarmasin

Komisi II DPRD Kalsel menganggap perlunya sosialisasi atau pelatihan kepada nelayan untuk mencari alternatif selain melaut. Misalnya untuk beradaptasi dengan perubahan iklim yang ekstrem, maka bisa mencari alternatif penghasilan dengan mencari kerang, berdagang, atau membuat kerajinan. Bantuan kepada para nelayan dalam bentuk kapal yang lebih modern dan lampu bawah laut pun dinilai penting untuk memperkecil resiko kalau-kalau ada nelayan yang masih tetap melaut.
“Melihat kondisi cuaca yang tidak menentu dan sering buruk ini, saya kira para nelayan perlu diberikan semacam sosialisasi dan bantuan untuk mengembangkan usaha alternatif pada saat tidak melaut. Selama ini mungkin sudah ada, namun belum maksimal,” kata Ketua Komisi II DPRD Kalsel Ihsanuddin kepada Radar Banjarmasin, kemarin (3/4).
Sebagai contoh, nelayan di Marunda Jakarta Utara, mereka membuat kerajinan alas kaki dan keset dari limbah industri garmen. Upah yang mereka terima Rp 30.000 per hari per orang. Upah tersebut menjadi penopang hidup, selain upah mereka sebagai buruh bangunan.
Adaptasi tidak hanya dalam sumber mata pencarian, tetapi juga pola makan, menyesuaikan dengan keuangan.
Para nelayan memang tidak bisa menghindari adanya perubahan iklim serta seringnya cuaca buruk ini, namun yang mungkin bisa dilakukan bagaimana mereka bisa beradaptasi dan menemukan usaha alternatif yang kemudian bisa menopang kehidupan mereka selama tidak melaut.
“Itulah yang mesti kita pikirkan bersama, agar nasib nelayan tak lagi hanya bergantung pada melaut. Hal ini jelas perlu proses dan tidak mudah. Setidaknya pemerintah daerah bisa bergerak memberikan bantuan atau memberikan pelatihan bagaimana mengembangkan usaha alternatif tersebut,” katanya.
Ihsanudin juga menilai bahwa cuaca buruk ini adalah fenomena nasional yang juga menjadi masalah nasional. “Pemerintah menyebut fenomena cuaca ekstrem sebagai bencana sosial. Oleh karena itu, tahun ini pemerintah menggulirkan bantuan beras sebanyak 13.271 ton untuk kebutuhan selama 14 hari. Bantuan tersebut diberikan kepada 473.983 nelayan di 41 kabupaten/kota di 20 provinsi. Respons pemerintah menangani dampak cuaca ekstrem di kampung nelayan, bisa saja terhambat akurasi data dan status kebencanaan,” paparnya. (mr-116)

No comments:

Post a Comment